Skandal Kredit Fiktif BRI Majene, Publik Desak Polisi Segera Tetapkan Tersangka

  • Bagikan

MAJENE – Bau busuk praktik korupsi di tubuh lembaga perbankan kembali tercium. Kali ini, Bank BRI Cabang Majene diduga menjadi ladang permainan kotor sejumlah oknum yang dengan leluasa menggarong dana kredit rakyat.

Modusnya sederhana, tapi dampaknya mengerikan, kredit fiktif. Dari hasil penyidikan Polres Majene, skandal ini terjadi dalam kurun waktu 2021 hingga 2023. Kerugian negara diperkirakan mencapai miliaran rupiah. Di balik praktik ini, muncul nama seorang mantan pegawai bank berinisial NM dan seorang calo berinisial SM yang diduga menjadi aktor utama.

Skema penipuan ini dijalankan rapi. NM bekerja sama dengan SM merekrut calon debitur untuk mengajukan kredit, meskipun syarat formal tidak terpenuhi. Identitas warga digunakan, dokumen seperti KTP, Kartu Keluarga, hingga Surat Keterangan Usaha dipalsukan.

Saat proses survei, tidak ada verifikasi. Pegawai bank hanya melakukan dokumentasi seadanya. Bahkan, SM meminta calon debitur meminjam alat kerja atau barang dagangan tetangga, hanya agar terlihat seolah-olah mereka punya usaha.

Sebagian besar calon debitur sama sekali tidak sadar namanya dipakai untuk pinjaman. Ada juga yang hadir saat pencairan, tapi uang yang mereka terima hanya recehan, antara Rp200 ribu hingga Rp1 juta. Sisanya dikuasai para pelaku. Buku rekening pun langsung diambil dan diserahkan kepada SM.

“Bayangkan, rakyat kecil dipermainkan. Identitas mereka dipakai, uang miliaran lenyap, mereka hanya dapat ‘uang terima kasih’ tak seberapa,” ujar Syamsuddin salah seorang warga Majene.

Pada Juni 2025, Polres Majene resmi menaikkan kasus ini ke tahap penyidikan setelah menggelar perkara bersama Ditkrimsus Polda Sulbar. SPDP (Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan) pun telah dilayangkan ke Kejaksaan Negeri Majene.

Namun, hingga kini, publik dibuat resah. Sudah dua bulan lebih sejak kasus naik ke sidik, belum ada satu pun tersangka yang diumumkan.

“Bukti sudah ada, dokumen palsu sudah ditemukan, alur modus terang benderang. Jadi apalagi yang ditunggu?” kritik Udin seorang aktivis antikorupsi Majene, Sabtu 16 Agustus 2025.

Lambannya penetapan tersangka memunculkan dugaan lain, apakah ada “tangan besar” yang ikut bermain di balik kasus ini? Apalagi, praktik kredit fiktif sering kali tidak bisa berjalan tanpa keterlibatan pihak internal bank lebih luas.

“Ini bukan kerja satu orang. Dalam kasus seperti ini, pasti ada rantai birokrasi yang meloloskan. Pertanyaannya, siapa saja yang terlibat, dan berani tidak polisi buka semua?” kata salah seorang praktisi hukum.

Kasus ini tidak sekadar perkara hukum, tapi juga menyangkut kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan. Skandal kredit fiktif bisa membuat rakyat trauma untuk meminjam di bank. Padahal, kredit usaha kecil sejatinya menjadi instrumen penting untuk membantu ekonomi rakyat.

“Jika bank bisa disusupi praktik korupsi, rakyat kecil yang ingin berusaha akan semakin sulit mendapatkan akses modal. Ini berbahaya bagi ekonomi daerah,” tambah Sudarman, seorang pakar ekonomi lokal.

Kini bola panas ada di tangan Polres Majene. Dengan bukti dokumen palsu, keterangan saksi, hingga aliran dana yang sudah jelas, masyarakat mendesak agar polisi segera menetapkan tersangka.

Bagi warga Majene, kasus ini bukan sekadar soal uang negara yang raib, tapi juga tentang tegaknya hukum dan keadilan. “Kalau kasus ini dibiarkan berlarut, rakyat akan kehilangan kepercayaan, bukan hanya pada bank, tapi juga pada aparat hukum,” pungkas seorang tokoh masyarakat.

Penulis: ArdiEditor: Tim Redaksi
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *