Perajin Pandai Besi di Pamboborang Kewalahan Penuhi Pesanan Parang

  • Bagikan

MAJENE – Kelompok perajin pandai besi di Desa Pamboborang, Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene, kewalahan memenuhi pesanan parang.

lubang tersebut tidak hanya berasal dari pasar lokal, namun juga dari jumlah daerah di luar Sulawesi Barat.

Kepala Desa Pamboborang Agustus mengatakan, saat ini perajin pandai besi hanya mampu memproduksi parang hingga 30 bilah per hari.

Sementara, permintaan dari luar daerah menghasilkan produk parang per bulan.

“Permintaan parang cukup banyak, minimal 1.000 bilah per bulan. Jadi pengerajin kita belum mampu memenuhi permintaan tersebut,” sebut Agustus, Sabtu (29/1/2022).

Menurutnya, permintaan tersebut berasal dari para pengusaha dari Palu, Manado, Lombok, hingga Kalimantan.

Tingginya permintaan dipengaruhi oleh kualitas produk parang yang dihasilkan lebih baik dibandingkan produk perajin sejenis di tempat lain.

“Secara kualitas memang parang yang dihasilkan perajin Pamboborang lebih baik dibanding yang lain,” katanya.

Kualitas produk menjadi incaran konsumen mengingat parang tersebut digunakan untuk kebutuhan berkebun.

Hanya saja, salah satu kendala yang kini dihadapi perajin adalah kurangnya minat warga lokal untuk menekuni kerajinan tersebut.

Sebagian pemuda Pamboborang lebih memilih untuk menekuni pekerjaan lain di luar daerah, seperti menjadi buruh pembangunan tower sutet.

“Perajin biasanya hanya mendapat upah Rp.30 ribu per hari. Sementara jika menjadi buruh pembangunan tower sutet minimal Rp.100 ribu per hari,” lanjutnya.

Kendala lain adalah proses pembuatan parang yang hingga kini masih manual, sehingga hasil produksi kurang maksimal.

Satu kelompok perajin terdiri dari delapan orang dan hanya mampu memproduksi maksimal 30 bilah parang per hari.

Hasil produksi perajin bisa digenjot melalui penggunaan mesin tempo yang bekerja secara cepat. Hanya saja, perajin masih terkendala pada anggaran.

Agustus mengaku akan memberikan bantuan modal kerja kepada para perajin melalui badan usaha milik desa (BUMDes).

Ia berharap agar ada pihak lain yang berminat menjadi investor dalam mengembangkan usaha para perajin pandai besi.

Agustus terdorong untuk mengembangkan produksi parang karena menjadi ikon Pamboborang sebagai desa industri.

 

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *