TPA Paku Polman Olah Sampah jadi Paving Blok

  • Bagikan
Ilustrasi Paving Blok berbahan sampah plastik

POLMAN – Untuk memanfaatkan sampah yang ada di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Desa Paku, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, maka Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) akan segera memfungsikan mesin pengolahan sampah.

Mesin yang sempat menganggur itu, kini akan mengolah sampah plastik menjadi paving blok yang bernilai ekonomi bagi masyarakat sekitar.

Pengelola akan melibatkan warga sekitar Desa Paku dengan cara memberikan pelatihan, sehingga mampu ikut mengeloh sampah plastik menjadi barang bernilai ekonomis.

Camat Binuang Andi Saggap mengatakan saat ini sedang berlangsung pelatihan pengelolaan sampah menjadi paving blok.

“Sudah disiapkan mesin pengelolaan, sekarang ini ada pelatihan kepada warga yang nantinya mengelola sampah tersebut,” kata Andi Saggap, Sabtu (16/09/2023).

Total terdapat 10 warga Desa Paku yang dilatih untuk mengoperasikan mesin tersebut. Mereka dilatih langsung oleh tim teknis yang didatangkan dari Banyumas Jawa Tengah.

Nantinya warga yang sudah dilatih ini akan dapat penghasilan tambahan.

“Keinginan kita ini untuk membuka lapangan pekerjaan tambahan bagi warga sekitar TPA Paku,” ungkapnya.

Andi Saggap mengatakan sampah lama yang telah menumpuk di TPA Paku yang akan didaur ulang.

Bukan sampah baru dari luar TPA Paku, melainkan sampah yang sudah lama menumpuk.

Ia mengklaim pengelolaan mesin sampah ini tidak akan menghasilkan lindi limba yang mencemari sawah warga.

Diketahui, warga Desa Paku pun sempat demo pada Jumat (15/9/2023) kemarin, saat mendengar kabar akan beroperasinya mesin tersebut.

“Ini hanyalah masalah disinformasi, yang turun demo kemarin belum mengetahui manfaat dari pengelolaan sampah,” lanjut Andi Saggap.

Sebelumnya diberitakan, warga kembali turun ke jalan sembari membentangkan beberapa spanduk penolakan, Jumat (15/9/2023).

Setelah mereka mendapat kabar, TPA Paku Polman akan kembali dibuka atau beroperasi kembali.

Kali ini warga membentangkan spanduk bertuliskan tolak TPA di kawasan kami, lestari desaku.

Mereka berkumpul berjejer di jalan ke lokasi TPA Paku, sembari menutup badan jalan.

Demo penolakan ini didominasi oleh para emak-emak yang selama ini sengsara dengan bau busuk sampah.

“Ini adalah bentuk penolakan kami terhadap dinas atau pemerintah dengan adanya wacana TPA Paku akan dibuka kembali,” terang salah satu pemuda Desa Paku, Abdul Rahman.

Ia menjelaskan TPA Paku ditutup oleh bupati Polman Andi Ibrahim Masdar pada September 2021 lalu.

Setelah sekian lama ditutup, warga mendengar adanya rencana untuk dibuka kembali. Hal itu setelah adanya sosialisasi oleh pemerintah kecamatan di kantor Desa Paku, pekan lalu.

Warga pun geram lantaran yang sangat terdampak akan pencemaran lingkungan dari limbah sampah tidak dilibatkan dalam sosialisasi itu.

“Masyarakat di sini tetap sepakat menolak ketikan ada lagi sampah yang masuk ke TPA,” lanjutnya.

Disebutkan warga juga kecewa lantaran tidak pernah dilibatkan dalam rencana dibukanya kembali TPA Paku ini. Belum lagi selama TPA Paku berfungsi, warga sudah cukup merasakan dampak buruknya.

Mulai dari pencemaran udara, atau bau busuk, hingga limbah sampah mengalir ke sawah warga. Bahkan puluhan hektare sawah sempat gagal panen lantaran Lindi limbah mencemari.

“Belum lagi serangan gatal-gatal dan penyakit napas sesak, intinya kami menolak,” ungkapnya.

Ia menambahkan warga siap untuk kembali hadang truck sampah seperti penolakan 2021 silam.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *