MAJENE – Beberapa waktu lalu Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021.
Data tersebut memperliahatkan adanya angka stunting atau kasus kurang gizi kronis di Sulawesi Barat (Sulbar) yang masih tertinggi kedua, mencapai 43,8 persen.
Sedangkan Nusa Tenggara Timur jadi yang pertama.
Di Sulbar sendiri, Kabupaten Majene, menjadi daerah dengan angka stunting tertinggi, mencapai 35,7 persen.
Menanggapi kondisi tersebut, Pemerintah daerah (Pemda) Kabupaten Majene dalam hal ini Wakil Bupati Majene, Aris Munandar juga merasa prihatin.
Namun menurut dia, kasus stunting di Majene terus mengalami penurunan.
“Secara data memang Majene yang pertama, tapi untuk trafik penurunan atas usaha-usaha yang kami lakukani, Majene yang mengalami penurunan siknifikan,” ujarnya saat ditemui wartawan di Kantor Bupati, Kamis (10/2/2022).
Progres penurunan tersebut menurutnya terjadi tiap tahun.
“Karena ini secara by data sebenarnya, saya tidak ada datanya nanti menyusul, tapi yang pasti mengalami penurunan dari tahun ke tahun,” terangnya.
Permasalahan stunting juga telah dimasukan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
“Ini juga termasuk kita masukan dalam RPJMD Kabupaten Majene 2021-2022 sehingga diharapkan Majene nanti ini dari tahun ke tahun akan terus menurun,” harapnya.
Lebih lanjut, aksi-aksi akan terus digalakan oleh Pemda melalui Dinas Kesehatan Majene.
“Rencana aksi mulai dari awal tahun ini sampai akhir tahun, apalagi kita sudah tahu indikator stanting, jadi dari indikator itu kita mengupayakan strategi-strategi sehingga indikator tersebut bisa kita atasi,” bebernya.
Adapun indikator menurutnya seperti asupan gizi dengan pengadaan makanan bayi dan juga pembinaan kepada ibu hamil.